Pengembaraan Singkat yang Panjang
Malam menenggelamkanku dalam perenungan
Tentang keberadaanku, dan keberadaanmu
Mengingatkanku pada setiap ekspressimu
Yang semakin lama, semakin menenggelamkanku, dalam perenungan, i’tikaf cinta
Cinta tak pernah sesederhana omong kosong si tua Sapardi
Cinta selalu membawaku pada pengembaraan panjang
Dan dalam pengembaraan-pengembaraan tersebut,
yang paling rumit dan yang paling dalam,
adalah ketika aku bersamamu
Dalam setiap baris, di aplikasi whatsapp itu,
Aku menemukan keberadaanmu
Dan di manapun ada keberadaanmu,
Aku tenggelam, semakin dalam
Waktu yang singkat, namun kau sudah membawaku dalam pengembaraan panjang
Waktu yang singkat, namun kau sudah menghantarkan sekian banyak pertanyaan tak terjawab
Kebebasanmu, selalu membuatku iri
Dan setiap raut muka itu, menggambarkan kebebasanmu
Mata yang indah, yang membentang layaknya sayap merpati
Yang terbang begitu bebas, begitu jauh
Kau selalu membawaku terbang, tak pernah tidak
Dan semakin lama, semakin tinggi
Namun, kau juga selalu menenggelamkan batinku
Dalam pertanyaan rumit, dan pengembaraan panjang, semakin rumit, semakin dalam.
Tak Lama dari Pertemuan Kita
Bagaimana aku bisa marah?
Bagaimana aku bisa marah, mengingat mata indah itu.
Menatapku dan berkata, “kau adalah miliku!”
Bagaimana aku bisa marah?
Bagaimana aku bisa marah, mengingat dagu mungil itu
Melekat dipundakku, disepanjang jalan di bantul yang membekas
Aku sudah mencoba, berkali-kali, tapi sia-sia.
Semuanya luntur
Dengan bujuk rayumu, yang sublim, yang menghantarkan angin berbisik ke kupingku, “aku merindukanmu”
Gelapnya Perpisahan
Di bawah pijar bulan purnama
Asap rokok, menari menghibur hati yang kehilangan
Satu kehilangan yang terbesar dan terdalam, yang tergelap melebihi kebutaan-kebutaan sebelumnya
Tidak ada cinta yang tak membutakan, dan diantaranya, yang tergelap dan mengingatkanku pada kebodohan terbesar
Adalah merasa pantas memilikimu
Ketakutan yang tak pernah aku izinkan untuk melintasi kepala
Sekarang membakarku, sedingin apapun itu malam
Betapa bodohnya binatang jalang, mengidamkan kesempurnaan
Biarlah bahagianya, bersama kesempurnaan yang setara
Oleh : Gendhero Abang